Bambang Pamungkas atau akrab disapa Bepe lahir di Getas, Kabupaten Semarang
pada 10 Juni 1980. Getas adalah sebuah desa di wilayah Tengaran, sekitar
20 menit dari Salatiga. Masa remaja Bambang Pamungkas dari TK dan SD
ada di Getas. Lulus SD, Bambang Pamungkas baru hijrah ke Salatiga.
Tepatnya di SMP Negeri 1 Salatiga (1992-1995) dan di SMU Negeri 1
Salatiga (1996-1999). Kebetulan kami satu SMU. Tapi saya lulus ketika
Bambang Pamungkas baru masuk ke SMU yang berdampingan dengan UKSW
(Universitas Kristen Satya Wacana).
Sejak
kecil Bambang Pamungkas sudah akrab dengan sepakbola. Ayah dan
kakak-kakaknya adalah pemain sepak bola. Dalam interview pada 21
November 2010 dengan Daniel Oktav di website Syair Untuk Sahabat
Foundation, Bambang bercerita, ”Dahulu saya bersekolah di Salatiga yang
jaraknya 20 menit dari kampung saya di Getas, sedangkan SSB (Sekolah
Sepakbola) saya berada di Ungaran yang 1 jam dari Salatiga. Jadi
biasanya di hari latihan, saya berangkat sekolah jam 5:30 pagi, sekalian
membawa pakaian untuk berlatih di sore hari. Sehingga setelah pulang
sekolah, saya dapat langsung berangkat ke Ungaran untuk berlatih, tanpa
harus pulang ke rumah lagi (Hal itu untuk mempersingkat waktu dan juga
biaya tentunya). Saya baru akan sampai di rumah kembali biasanya jam 8
malam. Itu saya lakukan 3 kali dalam seminggu, saat saya duduk di kelas 1
SMP sampai kelas 3 SMP.”
Bambang anak ke-5 dari 7 bersaudara. Putra
pasangan Misranto dan Suriptinah ini memiliki satu adik perempuan, Dyah
Ernawati. Tiga kakak Laki-laki, Agus Handoko Misranto, Agus Budhi
Suseno, dan Tri Agus Prasetijo. Serta 2 kakak perempuan, Eni Kusumawati
dan Nanik Setyowati. ”Kalau ada kesempatan bertanding di daerah Jawa
Tengah saya selalu menyempatkan pulang ke rumah di Getas,” kata Bambang
ketika kami akhirnya bertemu untuk pertama kali pada 5 Januari 2011 di
Rolling Stone Cafe.
Suami dari Tribuana Tungga Dewi, serta ayah dari tiga putri cantik Salsa Alicia, Jane Abel, serta Syaura
Abana ini pernah mencoba kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Rawamangun. ”Hanya bertahan 2 semester,” katanya sambil tertawa. Dalam
pertemuan kami istrinya selalu ikut menyertai, ”Dia asli Semarang,” ujar
Bambang tentang istrinya pambil melirik dengan sayang.
Dalam
pertemuan pertama kami itu Bambang Pamungkas banyak memberikan analisa
yang sangat baik tentang masa depan sebagai pemain Sepakbola, PSSI, juga
tentang Liga Primer Indonesia yang digagas pengusaha Arifin Panigoro.
”LPI (Liga Primer Indonesia) digelar ketika musim kompetisi LSI (Liga
Super Indonesia) sudah berlangsung ½ jalan. Saya
pribadi sangat mendukung apa yang dilakukan oleh LPI. Tapi idealnya LPI
tetap berada dibawah PSSI yang di akui FIFA. Saya melihat LPI ini dibuat
oleh individu. Sementara LSI dibawah kendali PSSI, organisasi yang
dilindungi negara” ujar Bambang yang berhasil mencetak 19 gol saat laga Indonesia Super League 2008 (ISL) yang dikelola oleh PT Liga Indonesia, 14 gol di ISL 2009, serta 5 gol di laga ISL 2010 yang saat ini masih berlangsung.
Media
Twitter membuat saya mengenal Bambang Pamungkas. Walau kami sama-sama
dari Salatiga, satu alumni SMU di SMA 1 Salatiga, namun kami belum
pernah bertemu. Jujur saya tidak terlalu update tentang dunia sepak
bola. Saya hanya tahu sosok Bambang sebagai pemain sepak bola
profesional yang beberapa kali sempat saya baca profil dirinya. Saya
ingat sekali, seorang teman bernama Febrie Meuthia (Dikenal sebagai
penggagas Inbox di SCTV dan penggemar sepak bola) lewat akun Twitter mention
ke saya tentang sebuah akun bernama @bepe20 yang ternyata milik Bambang
Pamungkas. ”Ini ada Bambang Pamungkas, kapan-kapan minta dia nulis di
Rolling Stone Indonesia, tulisanya bagus” kata Febrie Meuthia kepada
saya. Saya dan Bambang Pamungkas kemudian saling follow di Twitter.
Lewat DM akhirnya saya dan Bambang Pamungkas bertukar nomor telepon.
Promo
yang diutarakan Febrie Meuthia membuat saya langsung tertarik dengan
tulisan yang ditulis Bambang Pamungkas berjudul ”Terimakasih Pak
Cholik.” Setelah saya baca artikel tersebut saya kaget. Pak Cholik,
tokoh nyata dalam tulisan tersebut adalah tetangga saya di daerah Suruh.
Dia seorang guru di SMP Negeri 1 Salatiga dan juga pelatih Sepakbola di
SMP tempat Bambang Pamungkas sekolah. Dalam tulisan tersebut Bambang
mengingat kisah saat dia duduk di kelas 1 SMP dan dipercaya Pak Cholik
untuk menggantikan kakak kelas yang berhalangan hadir dalam sebuah
turnamen sepak bola. Peristiwa itu mengubah pandangan banyak orang di
SMP Negeri 1 Salatiga. Bambang, sosok bertubuh kecil itu ternyata
menyimpan energi dan bakat luar biasa dalam sepak bola.
Bambang
Pamungkas dalam website miliknya menulis dengan indah pada guru agama
yang mempercayainya untuk menjadi pemain pengganti dalam laga Sepakbola
antara SMP N 1 Salatiga ketika melawan Desa Suruh. ”Nama Pak Cholik akan
selalu saya kenang sampai kapanpun, seorang guru yang tidak hanya
memberi kesempatan dan peluang, akan tetapi juga sebuah kepercayaan
kepada saya untuk menunjukkan kemampuan saya. Atas dasar rasa hormat
saya kepada beliau, pada tahun 2002 saya mempersembahkan Jersey Tim
Nasional Indonesia, yang saya pakai saat Final Piala Tiger 2002 di
Jakarta (saat itu saya berhasil menjadi pencetak gol terbanyak).
Seminggu setelah partai final tersebut, saya sempat sowan/berkunjung ke
SMP Negeri 1 Salatiga dan memberikan kostum tim nasional tersebut secara
langsung kepada beliau.”
Berikut ini adalah obrolan saya dengan si penggemar Paul Gascoigne, Kurniawan Dwi Julianto, serta
Widodo Cahyono Putro ini. Sebuah kesempatan langka. Karena hal yang
sangat susah untuk bisa mendapatkan akses interview dan foto khusus
dengan Bambang Pamungkas. Banyak rekan dari media
olah-raga yang tidak bisa mendapatkannya. ”Karena yang minta senior saya
di SMA 1 Salatiga, saya tidak bisa menolak,” katanya sambil terkekeh
sambil melirik istrinya, Tribuana Tungga Dewi.
Penyerang
di Timnas paling senior di ajang piala AFF 2010 ini seorang family man
bagi istri dan 3 anaknya. Dia juga penulis hebat yang mampu
membangkitkan gelora nasionalisme lewat goresan artikel yang dia susun
dengan baik. Kali ini dia bercerita khusus tentang hobi, karir, PSSI,
Nurdin Halid, dan Liga Primer Indonesia (LPI).
Gelombang
nasionalisme menggelora. Ajang sepakbola piala AFF 2010 berubah menjadi
pesta rakyat yang bisa jadi paling akbar yang pernah terjadi dalam
sejarah sepakbola tanah air. Nasionalisme yang mengemuka dan menjadi hal
trendy bersaing dengan gelora perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
Pertandingan
demi pertandingan yang dimainkan Timnas dibawah asukan Alfred Riedl
menjadi api yang membakar semangat jutaan pasang mata yang menyaksikan
lewat Televisi atau ratusan ribu yang rela berdesakan hadir langsung ke
Stadion Gelora Bung Karno. Nuansa merah dan putih bertebaran
dimana-mana. Di jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook menjadi
ajang lempar segala macam argumen, prediksi, dan pujian kepada Timnas.
Dari mulai Presiden, Mentri, pejabat, Artis, sampai rakyat kelas
pinggiran bisa bersatu atas nama Sepakbola. Merasa perlu untuk tahu Sepakbola. Sudah lama euforia ini hilang.
Saat
Indonesia dipastikan maju ke final melawan Malaysia gelora itu makin
menyalak kencang. Indonesia Vs Malaysia. Sebuah duel yang tentunya
membawa banyak sekali makna bagi rakyat di dua negara tersebut. Hubungan
bilateral antara Indonesia dan Malaysia yang kerap ”panas” dengan
berbagai kasus turut menggiring opini: inilah saatnya Indonesia
”melawan” Malaysia! Apalagi ketika tandang pertama Indonesia adalah ke
Malaysia. Berbondong-bondong warga Indonesia rela terbang ke Stadion
Bukit Djalil untuk menyaksikan laga tandang Indonesia melawan Malaysia.
Antusias
masyarakat untuk membeli tiket pertandingan final makin menggebu.
Mereka rela menginap antri untuk menyaksikan laga final. Namun seperti
diketahui, PSSI kedodoran untuk menangani penjualan tiket laga final AFF
di Stadion Gelora Bung Karno. Banyak protes bertebaran menyerang PSSI
yang diaggap tidak mampu mengelola sistem ticketing sepak bola yang
baik. Juga perihal harga tiket yang dianggap mahal.
Indonesia
kemudian harus menyerah 0-3 melawan Malaysia. Insiden laser yang
diarahkan ke pemain Indonesia menjadi topik hangat yang diperbincangkan.
Berbagai hal mengemuka, dicari alasan kenapa Indonesia bisa kalah?
Ditambah dengan pro dan kontra rangkaian kegiatan yang di agendakan PSSI
kepada Timnas sebelum laga final tandang dengan Malaysia yang diaggap
membuat banyak pihak menurunkan stamina Timnas.
PSSI
seperti menjadi ”musuh” bersama rakyat Indonesia. Namun Timnas menjadi
”teman” baru bagi banyak jutaan rakyat Indonesia yang awalnya buta
sepakbola. Sihir baru bernama sepak bola telah menghipnotis jutaan
pasang mata di seluruh Indonesia. ”Ajang piala dunia saja tidak seheboh
ini,” ujar seorang kawan.
Sosok-sosok pemain sepak bola termasuk pelatih yang
tergabung dalam Timnas 2010 yang tadinya asing bagi jutaan orang di
Indonesia berubah menjadi rockstar yang
segala gerak gerik dan omongan mereka menjadi gunjingan.
Kutipan-kutipan cantik mereka bertebaran di media massa yang ikut
terkena demam gila sepak bola. Akun Twitter resmi pemain Sepakbola
Timnas di follow ratusan ribu orang. Setiap update status mereka sudah
pasti akan disambut ratusan reply atau RT.
Nama Alfred Riedl, Wolfgang Pikal, Widodo Cahyono Putro, Edy Harto, Markus Haris Maulana, Ferry Rotinsulu, Kurnia Meiga, Zulkifly Sukur, Beny Wahyudi, Yesayas desnam, Maman abdurahman, Muhammad Roby, Muhammad Nasuha, Tony Sucipto, Muhammad Ridwan, Okto Maniani, Ahmad Bustomi, Arif Suyono, Eka Rhamdani, Yongki Ariwibowo, Johan Juansyah menjadi idola baru. Dari anak kecil sampai dewasa jatuh hati dengan para pemain Timnas tersebut. Apalagi nama mencorong seperti Firman Utina, Irfan Bachdim, Christian Gonzales, serta yang paling senior yang bernama Bambang Pamungkas.
Bambang Pamungkas adalah pemain penyerang paling senior di Timnas 2010 asuhan Alfred Riedl ini. Sudah 86 kali dirinya
memperkuat Timnas Indonesia. Pemain yang susah untuk ditangkap dan
bahkan kerap menghindari media sejak 4 tahun terakhir ini ternyata
menjadi ”humas” yang baik, bahkan sangat baik bagi rekan-rekan di Timnas
bahkan bagi PSSI. Lewat website www.bambangpamungkas20.com
dirinya menulis berbagai sudut pandang yang membuat siapa saja yang
membaca akan tergerak semangat nasionalisme serta kecintaan kepada sepak
bola dan juga ke Indonesia.
Tidak
berlebihan jika pemain yang memiliki nomor keramat 20 di Jersey Timnas
atau Persija menjadi juru bicara bagi Timnas yang berlaga di AFF 2010
lewat press conference resmi dari PSSI atau tulisan-tulisan
atau update di Twitter dan Website pribadinya. Walau dirinya selama
piala AFF 2010 ini lebih sering tampil di bangku cadangan namun
popularitasnya tak surut.
Seolah
rockstar yang selalu ditunggu kemunculannya diatas panggung menyanyikan
anthem-anthem lagu kebesarannya. Bambang Pamungkas dalam setiap
pertandingan selalu mendapat perhatian lebih. Baik saat di Persija atau
di Timnas. Dia selalu berusaha tampil maksimal dalam tiap laga yang dia
mainkan. Selalu bermain positif dan fair play. Jarang
menunjukkan emosi tingkat tinggi yang kerap muncul di tengah
pertandingan sepak bola. Bahkan dia pernah memeluk wasit yang memberinya
kartu kuning.
Saat
Piala AFF 2010 disela jadwal latihan yang sangat padat dan kunjungan ke
banyak pihak Bambang Pamungkas masih sempat menulis di website miliknya. Anda
yang ingin tahu detail soal apa saja tentang karir dan
pandangan-pandangan seorang Bambang Pamungkas bisa menemukan lengkap di
website miliknya. Rasanya isi website milik Bambang Pamungkas sudah
saatnya ditungkan dalam sebuh buku.
Tulisan
seperti ”Jangan Rengut Lambang Garuda Itu Dari Kami” ditulis Bambang
Pamungkas untuk menjawab aksi pengacara David Tobing yang mempersoalkan
lambang Garuda di dada Jearsey pemain Timnas (Tulisan tersebut dimuat
juga di rubrik Soundwaves Rolling Stone Indonesia edisi Januari 2011).
Atau tulisan penuh semangat optimisme di ”Indonesia Masih Bisa” ketika
Timnas Indonesia kalah melawan Malaysia di Bukit Djalil. Bahkan ketika
terpaksa gelar juara AFF dimenangkan Malaysia karena kalah akumulasi
nilai dia masih bisa menulis dengan sangat bagus dengan membangkitkan
semangat positif untuk semua pihak, sebuah goresan bartajuk ”Tetap
Semangat Garudaku.”
Lewat
Twitter, tulisan-tulisan tersebut kemudian dibaca oleh ribuan bahkan
jutaan penggemar lama dan penggemar baru sepak bola. ”Sebut saya norak,
saya kenal banyak rockstar paling top di negeri ini, tapi belum pernah
saya bisa ngefans dan cinta mati ke pemain sepak bola seperti Bambang
Pamungkas. Saya suka tulisan-tulisannya,” kata seorang teman yang tidak
mau disebut namanya.
Bambang
Pamungkas menulis dengan hati dan selalu berdasarkan pengalaman
pribadi. Dalam berbagai kisah yang dia tuangkan selalu ada pesan yang
tersirat. Semua dituangkan dengan apik dan epik. Tidak menggurui.
Menjadi sebuah diary yang nyaman dibaca siapa saja.
Pada
15 Maret 2008, Bambang Pamungkas pernah membuat tulisan berani berjudul
”Ketua Umum PSSI”. Dalam tulisan tersebut Bambang menulis sosok Nurdin
Halid sebagai ketua PSSI yang punya banyak pengalaman dalam hal
sepakbola. Saat itu Nurdin Halid harus memimpin PSSI dari dalam penjara
akibat kasus yang menimpanya. Menarik dalam tulisan tersebut, Bambang
Pamungkas menulis: ”Saya sendiri yakin bahwa sikap ketua umum yang
tetap bersikeras menjabat didasari oleh sesuatu yang baik, akan tetapi
dengan mundur untuk sementara dan mencalonkan kembali suatu saat nanti
jika masalah yang menimpa beliau telah selesai, terasa lebih bijaksana.
Dan saya yakin Bapak Ketua Umum yang terhormat akan mampu dengan ihklas
menerimanya.”
I.Piala AFF 2010
Apa evaluasi paling utama bagi Timnas setelah AFF 2010?
Sejujurnya, di dalam tim sendiri semuanya sudah berjalan dengan sangat baik dan lancar. Akan tetapi harus di akui, jika terlalui banyak gangguan dari luar yang sejujurnya malah membebani tim ini. Menurut saya, media massa terlalu berlebihan dalam memberitakan kami. Dan ketika sepakbola sudah masuk ke dalam arena infotainment, maka hal tersebut menjadi sangat menggelikan.
Sejujurnya, di dalam tim sendiri semuanya sudah berjalan dengan sangat baik dan lancar. Akan tetapi harus di akui, jika terlalui banyak gangguan dari luar yang sejujurnya malah membebani tim ini. Menurut saya, media massa terlalu berlebihan dalam memberitakan kami. Dan ketika sepakbola sudah masuk ke dalam arena infotainment, maka hal tersebut menjadi sangat menggelikan.
Kesan Anda dengan laga ke 86 bersama Timnas di AFF?
Secara pribadi saya sangat bangga, karena sejujurnya tidak mudah untuk mencapai angka tersebut, dan akan selalu menjadi hal yang membanggakan dapat bermain buat Indonesia. Akan tetapi secara hasil memang cukup menyedihkan, karena saya harus kembali gagal mempersembahkan sesuatu untuk Bangsa ini.
Secara pribadi saya sangat bangga, karena sejujurnya tidak mudah untuk mencapai angka tersebut, dan akan selalu menjadi hal yang membanggakan dapat bermain buat Indonesia. Akan tetapi secara hasil memang cukup menyedihkan, karena saya harus kembali gagal mempersembahkan sesuatu untuk Bangsa ini.
Apakah Anda sudah maksimal tampil di AFF? Melihat Riedl kerap menjadikan Anda sebagai pemain cadangan?
Sejujurnya “TIDAK”, Karena saya tidak banyak mendapatkan waktu bermain di AFF Cup kemaren. Akan tetapi sebagai pemain profesional, saya selalu berusaha untuk menghormati keputusan pelatih. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik saat pelatih membutuhkan saya, dan saya rasa saya sudah melakukan itu di piala AFF yang lalu.
Sejujurnya “TIDAK”, Karena saya tidak banyak mendapatkan waktu bermain di AFF Cup kemaren. Akan tetapi sebagai pemain profesional, saya selalu berusaha untuk menghormati keputusan pelatih. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik saat pelatih membutuhkan saya, dan saya rasa saya sudah melakukan itu di piala AFF yang lalu.
Anda
juga dikenal luas publik Malaysia karena pernah lama bermain di
Selangor FC. Bagaiman pendapat Anda tentang kemenangan Malaysia di Piala
AFF 2010?
Walaupun hanya dua tahun saya bermain disana, akan tetapi sejujurnya dua tahun itu meninggalkan kesan yang cukup mendalam dalam diri saya. Selangor adalan raksasa di persepakbolaan Malaysia, dan saya mampu meraih semua gelar selama disana. Satu nilai plusnya adalah, saya mampu menghibur rekan-rekan sebangsa saya (TKI) yang tengah mencari nafkah di Malaysia. Saat itu, saya adalalah idola para TKI hehehe.
Walaupun hanya dua tahun saya bermain disana, akan tetapi sejujurnya dua tahun itu meninggalkan kesan yang cukup mendalam dalam diri saya. Selangor adalan raksasa di persepakbolaan Malaysia, dan saya mampu meraih semua gelar selama disana. Satu nilai plusnya adalah, saya mampu menghibur rekan-rekan sebangsa saya (TKI) yang tengah mencari nafkah di Malaysia. Saat itu, saya adalalah idola para TKI hehehe.
Siapa yang Anda lihat bakal memiliki karir gemilang di dunia Sepak Bola Indonesia dari Timnas di AFF 2010?
Tim ini banyak dihuni pemain-pemain muda, dan saya rasa mereka semua mempunyai masa depan yg sangat cerah. Jika saya harus menyebut satu nama, maka pilihan saya akan jatuh kepada Yongki Ariwibowo.
Tim ini banyak dihuni pemain-pemain muda, dan saya rasa mereka semua mempunyai masa depan yg sangat cerah. Jika saya harus menyebut satu nama, maka pilihan saya akan jatuh kepada Yongki Ariwibowo.
Apa pendapat Anda tentang Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales di Piala AFF lalu?
Chistian Gonzales adalah pemain yang luar biasa di mata saya, sedang Irfan Bachdim adalah pemain muda yang mempunyai masa depan yang sangat cerah, mereka adalah aset bangsa ini.
Chistian Gonzales adalah pemain yang luar biasa di mata saya, sedang Irfan Bachdim adalah pemain muda yang mempunyai masa depan yang sangat cerah, mereka adalah aset bangsa ini.
Anda tidak masalah pemain berpengalaman seperti Anda hanya bermain sebagai pemain cadangan di Piala AFF?
Bagi saya pribadi, saya rasa semua pemain ingin menjadi pemain inti, begitu pula dengan diri saya. Akan tetapi ketika seorang pelatih sudah mengambil keputusan, maka setiap pemain harus menghormatinya, karena memang begitulah cara kerja orang-orang profesional.
Bagi saya pribadi, saya rasa semua pemain ingin menjadi pemain inti, begitu pula dengan diri saya. Akan tetapi ketika seorang pelatih sudah mengambil keputusan, maka setiap pemain harus menghormatinya, karena memang begitulah cara kerja orang-orang profesional.
AFF 2010 menjadi ajang tarik menarik kepentingan politik. Apakah sebelumnya Anda pernah mengalami Hal yang sama?
Sejauh apa yang saya tau dan ingat, saya rasa tidak pernah.
Sehari
setelah pertandingan final Piala AFF 2010 dibuat acara pembubaran
Timnas. Ketua umum PSSI, ketua BTN, manager tim dan pelatih kepala
bergantian memberikan kesan dan pesan mereka masing-masing. Dari wakil
Timnas Bambang Pamungkas dipilih untuk memberikan kesan dan pesan
mewakili 23 pemain Timnas lain. Dalam website miliknya Bambang menulis
apa yang dia ucapkan malam itu… “Secara pribadi maupun mewakili seluruh
pemain, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pengurus dan juga staff pelatih atas kerja sama yg luar biasa
selama piala AFF ini di gelar. Kenyataan memang terkadang tidak seindah
apa yang kita bayangkan, akan tetapi setidaknya kita semua sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkannya. Kita memang belum mampu
menjadi juara, akan tetapi semoga kita mampu memenangkan hati
masyarakat Indonesia. Mohon maaf jika ada tersalah kata atau tindakan
diantara kami semua, dan sekali lagi terima kasih.”
Interview lengkap dengan Bambang Pamungkas ada di Majalah Rolling Stone Indonesia. Edisi Februari 2011. No.70. Kover: Robert Plant (Led Zeppelin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar